puisi Terakhir "untukmu yang memandangku tajam"
oleh Dhika pada 30 Maret 2010 jam 5:25
Percik air diatas bebatuan kering,
Mengapa slalu saja gerimis
yang menikmati dukaku ?
Ilalang kedinginan ditaman semu,
Mengapa slalu saja gerimis
yang jatuh bersama air mataku ?
Senja di balik tirai kelabu,
Mengapa harus gerimis lagi
yang menyaksikan kekalahanku ?
kemarin,
Aku menyapa hatimu tepat disaat gerimis
berjatuhan ditepi pantai tanjung bayang
Hari ini,
gerimis lagi yang mmbunuh juangku
tersadar dalam kerapuhan,
kau hanya secarik sketsa bayangan
yang sempat singgah beberapa menit
lau menitip harapan yang kini telah jadi debu
diantara gerimis sore
Aromanya seakan begitu indah tersenyum
tapi ternyata kau hanya ilusi di episode kali ini
kusudahi semua,
"Aku Tak Ingin Lagi Mengenal Cinta".
Multimedia, 27 Maret 2010
Mengapa slalu saja gerimis
yang menikmati dukaku ?
Ilalang kedinginan ditaman semu,
Mengapa slalu saja gerimis
yang jatuh bersama air mataku ?
Senja di balik tirai kelabu,
Mengapa harus gerimis lagi
yang menyaksikan kekalahanku ?
kemarin,
Aku menyapa hatimu tepat disaat gerimis
berjatuhan ditepi pantai tanjung bayang
Hari ini,
gerimis lagi yang mmbunuh juangku
tersadar dalam kerapuhan,
kau hanya secarik sketsa bayangan
yang sempat singgah beberapa menit
lau menitip harapan yang kini telah jadi debu
diantara gerimis sore
Aromanya seakan begitu indah tersenyum
tapi ternyata kau hanya ilusi di episode kali ini
kusudahi semua,
"Aku Tak Ingin Lagi Mengenal Cinta".
Multimedia, 27 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar