Jumat, 18 Februari 2011

BUNGA MEKAR DIKOTA PINRANG

oleh Dhika pada 28 Februari 2010 jam 9:13

Dear diary,
Dengan nafas yang teramat sepi,aku menunggu ditelaga penantian.Hanya embun dan udara dingin yang slalu setia menemani sajak-sajak cinta yang tak terjawab.Namun aku mulai merasakan lelah pada jemari yang terus menunggu sambutan telapak tangannya.
Haruskah durjaku terus menari mengitari kulitku yang sudah mulai mengusam?.Apakah tak ada secuil kebahagiaan untukku?.Aku hanya bisa bermimpi dan berharap akan datangnya hati baru.Siapa tahu disuatu masa,aku akan menemukan setitik cinta bersemi tanpa ada tanda tanya lagi.Tapi untuk saat ini,biarlah aku melukis pilu dalam penantian panjangku…
Itulah sepenggal perasaan yang tertuang dalam diary sang gadis pemimpi yang terus berdiri di penantian.Yah,itulah aku.seorang dhika yang hanya bisa bermimpi dan berhayal tanpa pernah merasakan nyatanya cinta.Menunggu cinta tapi tak tau harus sampai kapan?...
“Hey dhika…Melamun lagi?”.Tanya riska yang berkacak pinggang didepanku.
“Hmm kayaknya !”
“Ah sudahlah,daripada kamu mikirin dia terus,mending kita ikut kegiatan Bakti Sosial yang diadakan oleh kampus selasa depan.Kegiatan ini lebih berguna lho!,daripada sekedar menghayalkan sesuatu yang pasti menyia-nyiakan waktumu,gimana?.Mau ikut tidak?”.
Ta…Ta…Tapi…?.(benar juga sih apa yang dikatakan riska).Oke deh! Aku ikut.
* * *
Selasa pagi,aku telah berada didekat bus yang akan mengantarkanku ketempat tujuan Bakti Sosial di Pinrang,Sulawesi Selatan.Barang-barang telah aku masukan kedalam bus dan segera mengambil tempat duduk.Namun sebelum mobil berangkat,terbesiklah dipikiranku untuk.bertemu Fahrie sebelum berangkat.Untuk itu aku mengirim sms atau pesan singkat tang bertulis :
“Fahrie,bisa gak ketemuan sekarang didepan
kampus sebelum aku berangkat kepinrang ?
Blz…”.

Sesekali aku melihat jam, melihat kedalam bus, mencabuti rumput yang ada didekatku sembari membayangkan dia datang memasuki pintu gerbang.
30 menit sudah aku menunggu dalam kegelisahan.Berharap dia datang namun hanya ilusi yang menghampiriku.Bayangan itu seolah membuatku terus menunggu.
Yah,ku yakin dia pasti datang menemuiku.Tuhan,kumohon…
1 jam telah kuhabiskan untuk menunggunya.Dengan perasaan yang berkecamuk,aku melangkahkan kakiku menuju tempat duduk didalam bus.Tak henti kumemandang keluar jendela mobil,berharap dia datang.Namun sampai mobil melaju bayangan itu tak kunjung nyata.
Aku bingung dengan apa yang terjadi hari ini.Fahrie tak datang menemuiku dan sekarang aku berada didalam 1 atap mobil dengan orang-orang yang aku tak kenali sebelumnya.Semua tampak aneh bagiku.Ditempat duduk bagian depan,terlihat sekelompok orang yang sedang bercanda gurau.Membicarakan dan memperdebatkan sesuatu yang tak kuketahui.Mungkin tentang cinta,soal organisasi,atau permasalahan kampus,entalah apakah itu?.Tempat duduk bagian tangah,sibuk dengan curhat-curhatnya.Sedangkan tempat duduk bagian belakang,melantungkan lagu sambil teriak yang tak jelas.Ada juga lho yang asyik dengar headset lalu tertidur.Semua terlihat bahagia.
Namun aku hanya bisa diam memandang mereka.Hanya kertas putih tempatku berbicara.Sesekali aku menoleh keluar jendela.Memandang semua yang terasa indah dan melimpahkan smua pertanyaanku pada hamparan gunung-gunung dan pepohonan hijau.
“Mengapa aku berada ditempat ini dengan suasana yang sperti ini?.Aku merasakan diriku sebagai mahasiswa tanpa identitas yang berada diantara orang-orang yang belum teridentifikasi olehku!”.
Dan aku hanya tertawa sebagai jawaban atas sgala pertanyaan itu…
* * *
Sudah 4 hari aku lalui ditempat ini.Tempat yang sangat terasing,jauh dari keluarga,dan birunya kampus.Rindupun mulai terhempus ditip jejak langkahku dan 1 nama yang slalu terngiang ditelingaku.Meski ku tlah jauh darinya namun suara,tawa,& sgala ocehannya seolah terbingkai dalam memoriku.
Aku terkadang bingung,entah harus aku ke manakan nafas rindu yang slalu teriak dihati ini.Namun sunyinya malam membisikkan baitnya untukku.”Cinta akan menemui muaranya sendiri…”.Dengar kalimat itu,aku seakan terenyah dalam kesunyian malam dan mengundang hasratku untuk teriak dan teriak sekencangnya.
“Kapan?...Kapan?...Sampai kapan aku terkurung dan terbelenggu dalam penantian ini?.Tuhan,sampai kapan…?.Aku mencintai dia…Aku sangat mencintai dia”.Air mata seolah menutupi mulut dan membuat teriakku tak bermakna.
Tuhan…Haruskah setiap detik aku bermimpi merangkul cinta abadi dari setiap melodi-melodi cintanya?. Haruskah setiap malam aku bermimpi bintang menerangi & menemani tidurku dalam kebahagiaan?. Haruskah disetiap detak jantung,aku menarikan hayalan hanya untuk memeluk nafasnya disisiku?.
Tuhan…Aku mencintai dia, kumohon izinkanku sekali saja memiliki dia.Izinkan dia mencintaiku!.
“Kamu egois dhik!”.Suara itu muncul dari belakang,akupun menoleh dan ternyata dia sahabatku Riska.
Ingat dhik,mungkin saja dia punya perasaan terhadap seseorang yang dia cintai seperti kamu yang mencintai dia.Makanya dia tidak bisa merespons perasaanmu.
“Tapi Riska,buat apa aku mencintai dia kalau akhirnya aku tak bisa memiliki dia?”.
“Sebelum itu kujawab, jawab dulu pertanyaanku. Buat apa kita hidup kalau pada akhirnya kita akan mati juga?. Hey…Emang apa yang kamu mau miliki dari dia?. Fisik,harta,raga?. Ambil itu semua, tapi kamu tidak akan pernah memiliki hati dan cintanya.
Dhika,cintai dia dengan ketulusan & keikhlasan hati. Kalau kamu menjalani itu semua kuyakin kamu sudah memiliki hati dan cintanya didalam hatimu tanpa perlu memiliki fisiknya.
Pernyataan itu sontak membekukan nadi-nadiku. 5 menit aku terdiam kaku sampai akhirnya aku sadar bahwa cinta dengan keinginan untuk memiliki itu ternyata beda.
“Ris, sudihkah kamu menghapus air mataku?”.
“Untuk sahabatku,kenapa tidak !”.
* * *
Hari-hari yang aku lewati di Pinrang sungguh sangat indah.Sampai akhirnya aku berbisik pada malam. Bercerita tentang setangkai bunga yang layu kini kembali mekar, setelah setetes air menyirami seluruh tubuhnya.kini ia dapat hidup diantara hamparan cinta yang sangat memabukkan.
Itulah sepenggal cerita dari setangkai bunga yang telah mekar dan bersemi dihari Selasa,13 Mei 2008.Pada pukul 21.08 Wita.
Kini hidup sang bunga akan mulai membuka lembaran baru.Kenangan tak bertitik yang terjadi dimasa lalu akan kubingkai dalam memoriku.Dan menyelami hati baru yang mungkin akan kutemukan setitik cinta bersemi tanpa ada tanda tanya lagi…
“Hmm…Dhika, Ternyata…Ada gunanya juga kita ikut Bakti Sosial. Dan sepertinya kota Pinrang telah menciptakan sebuah cinta yang melebihi indahnya sebuah pelangi’’. kata riska sambil tersenyum menatapku.
“Yah…ghitu deh. Kalau aku dulu nggak ikut… mungkin sekarang aku tak pernah mengenal dan memiliki dia. Semua seperti mimpi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Bahagia itu seolah menyerangku saat dirinya datang dan memberi makna dalam hidupku. Namanya Sandy, panitia Baksos yang baru saja kukenal tapi dengan cepatnya dia mencuri hatiku.
Sejak bertemu dengannya, ada satu getar yang membidik jantungku hingga kutak berdaya. Cintanya yang terangkul dihatiku, mengalahkan memori lama yang kini dipenuhi debu. Bayangannya seperti pangeran bercerminkan impian nyata yang Perlahan menjanjikan kenyataan pada tongkak keabadian. Dekapannya bagai selimut yang mampu menghangatkanku dikala angin dingin berhembus di ubun-ubunku. Matanya seperti pohon rindang yang mampu membuatku terteduh dalam dekapan cintanya. Jemarinya bagai kapas yang mampu menghaluskan raut wajahku dikala amarahku bertahta diujung durja. Bahunya seperti dinding,tempatku bersandar dan tersandar dikala kuterlelah dengan cerita hayalan. Genggaman tangannya bagai seutas tali yang mampu mengikat erat sluruh tubuhku. Saat kupejamkan mata, aku merasakan dia hadir didalam detak jantungku dan merasakan nafasnya dijiwaku.

* * *
“ Setelah 10 bulan, akhirnya aku terpaksa berdamai dengan kenyataan yang merengguk habis kisah di atas.Dan berakhir dengan air mata dan kenangan tak sempurna. Walaupun begitu, aku bersyukur karna pernah memilikinya walau Cuma sekejab. Setidaknya aku jadi merasakan indahnya dicintai dan mencintai “ .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar